Home » » Sejarah Khalifah Al Mu'tashim Billah

Sejarah Khalifah Al Mu'tashim Billah

Assalamualaikum

Kembali lagi bersama blogwalking yang tentunya sobat blogger semua "wajib berkunjung"  kesini, karena apa?  karena silaturahmi itu bisa memanjangkan umur, dan memudahkan rizki, betul begitu bukan?

Nah, dalam postingan kali ini, blogwalking  memposting sebuah sejarah, tentang  tokoh-tokoh Islam dari kalangan para khalifah. Bagi kita semua, terutama kaum Muslim,  selayaknya harus mengetahui bagaimana sejarah kaum Muslim.


Sebagai warga negara Indonesia yang berjumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, melebihi asal dimana Nabi Muhammad mendakwahkan Agama Islam, yaitu tanah Arab. Dan buat kamu semua para blogger Muslim mania, yuk kita baca sejarah seorang khalifah yang sangat luar biasa ini.
Namun, bagi sobat semua.. yang ingin menyimpan file ini daripada susah2 mengcopy, mending langsung aja deh di download dengan menekan tombol download di bawah ya sob.


Seri           : Sejarah Para Khalifah Bani Abbasiyah
Nama        : Al Mu'tashim Billah
Masa         : 648-659 H

SEJARAH KHALIFAH BANI ABBASIYAH
AL MU'TASHIM BILLAH

AI-Musta'shim BiIlah, Abu Ahmad, namanya Abdullah bin al­-Mustanshir Billah, khalifah terakhir dari negeri Irak.

Dia dilahikan pad a tahun 609 H. Ibunya adalah seorang wanita mantan budak yang bernama Fajar. Dia dilantik sebagai khalifah setelah kematian ayahnya. Dia meriwayatkan hadits dari Ali bin an-Najjar al-­Muayyad ath-Thusi dan Abu Rawh aI-tfarawi dengan cara ijazah. Beberapa yang orang meriwayatkan hadits darinya antara lain: An-Najm al-Badzirai, asy-Syaraf ad-Dimyati. Ad-Dimyati sendiri menuliskan empat pula hadits darinya yang dia tulis dengan tangannya sendiri. Dia adalah sosok yang pemurah, penyabar, batinnya sehat dan agamanya baik.

Syaikh Quthb ad-Din berkata: Al-Musta'shim adalah seorang yang agamis, berpegang teguh dengan sunnah sebagaimana ayah dan kakeknya. Namun dia tidak sama dengan keduanya dalam hal kejelian dan kewaspadaan, kemauan dan cita-citanya.

Sebagaimana disebutkan di muka, al-Mustanshir memiliki seorang saudara yang dikenal dengan al-Khafaji yang memiliki keberanian dan nilai-nilai kesatria yangjauh lebih tinggi daripadanya. Dia pernah ber­kata; "Jika kau memberi kepercayaan kepadaku untuk memimpin ten­tara Islam maka akan saya sebrangi sungai Jaihun bersama-sarna dengan tentara yang saya pimpin,akan saya ambil negeri-negeri itu dari tangan­tangan orang Tartar itu dan akan saya cabut mereka sampai ke akar­akarnya."

Tatkala al-Mustanshir meninggal Duwaidar, asy-Syarabi dan para pembesar negara tidak memberi kesempatan kepada al-Khafaji untuk memegang kendali khalifah karena keduanya khawatir akan kehilangan pengaruh. Maka mereka berdua menjadikan anak al-Mustanshir yang bemama Abu Ahmad sebagai khalifah karena mereka melihat anaknya itu lemah dan miskin ide. Dia banyak menggantungkan semua permasa­lahan negara kepada menterinya yang bemama Muayyiddin ai-' Alqami ar-Rafidhi. Menteri inilah yang merusak tatanan khilafah dan keluarga. Dia mempermainkan khalifah semau dia. Dia banyak membeberkan rahasia kepada orang-orang Tartar, selalumemberi saran dan mendorong mereka untuk segera datang ke lrak serta menaklukkan Baghdad dan menghancurkan dinasti Abbasiyah dengan tujuan untuk mendirikan negara bagi anak keturunan Ali. Jika ada kabar dari orang-orang Tartar, dia akan selalu merahasiakannya dan tidak pernah memberitahukan­nya kepada khalifah. Dia selalu membeberkan rahasia-rahasia negara kepada orang-orang Tartar sehingga akhirnya terjadilah apa yang ter­jadi terhadap khalifah Bani Abbas.

Pada tahun 647 H, di masa kekuasaannya, orang-orang Eropa kembali berhasil mengambil alih Dimyath. Saat itu Sultan ai-Malik ash­-Shalih sedang sakit dan meninggal pada malam pertengahan bulan Sya'ban. lsterinya yang bernama Ummu Khalil yang lebih terkenal dengan Syqjarat Dur merahasiakan kematian suaminya. Dia kemudian mengirim surat, meminta anaknya yang bernama Tawran Syah al-Malik al-Mu'azhzham untuk hadir. Anaknya itu datang dan segera menemui ibunya lalu menggantikan posisi ayahnya. Namun tak lama kemudian, yaitu pada bulan Muharram tahun 648 H dia terbunuh. Pembunuhnya tak lain adalah pelayan-pelayan ayahnya. Orang-orang Turki segera mendaulat Syajarat Dur untuk memimpin mereka dan meminta 'lzzuddin Abiek at-Turkmani untuk bersedia mendampinginya. Mendapat kesempatan ini Syqjarat Dur segera memberi hadiah kepada para pejabat dan pemuka negara.

Pada bulan Rabiul Akhir 'lzzuddin memisahkan diri dan mem­bentuk kesultanan sendiri. Dia diberi gelar al-Malik al-Mu'iz. Dia kemu­dian memisahkan diri dari Syajarat Dur namun para tentara ternyata berpihak kepada al-Asyraf bin Shalahuddin Yusuf bin al-Mas'ud bin al-­Kamil yang saat itu baru berusia delapan tahun. Namun demikian 'Izzuddin tetap bertahan sebagai sultan. Dan keduanya sama-sama disebutkan dalam khutbah-khutbah. Kedua namanyajuga diukir dalam mata uang.

Pada tahun 658 H, ini pula Dimyath berhasil diambil kembali dari tangan orang Eropa. Sedangkan di tahun 652 H, terlihat api yang sangat besar di 'Adn yang sinarnya kelihatan hingga ke tengah laut dan di siang harinya terlihat gumpalan asap yang sangat besar.

Pada tahun 654 H, di Madinah Munawwarah muncul api yang sangat besar.

Abu Syamah berkata: Ada kiriman surat yang dikirim dari Madinah kepada kami. Dalam surat ini tertulis: Pada malam Rabu tanggal 3 Jumadil Akhir di Madinah terdengar gema suara yang sangat kuat, kemudian terjadi gempa besar. Gempa itu terjadi setiap jam hingga tanggal 5 Jumadil Akhir. Pada tanggal 5 ini muncul api yang sangat besar di Harrah, satu tempat di dekat Quraizhah yang bisa kami lihat di rumah-rumah kami di Madinah seakan-akan api itu berada di dalam kota. Lembah Wadi Syatha mengalirkan airya dan kami melihat seakan-­akan gunung telah mengalirkan api. Api itu bergerak kencang meman­jang laksana sebuah gunung dan dia mengeluarkan bunga api setinggi istana, hingga sinarnya dapat terlihat dari Makkah dan daerah-daerah yang tandus. Orang-orang kala itu berkumpul di kuburan Rasulullah sambil beristighfar dan bertaubat. Kejadian ini berlangsung lebih dari sebulan.

Adz-Dzahabi berkata: Tentang kejadian munculnya api ini meru­pakan kabar yang mutawatir. Ini merupakan salah satu kabar yang pernah diucapkan oleh Rasulullah dalam sebuah haditsnya bersabda :

"Hari kiamat tidak akan terjadi hingga api muncul dari tanah Hijaz yang sinarnya menerangi leher-leher unta di Bashra."1

Pada tahun 655 H, sultan Mesir al-Mu'izz Abik meninggal dunia karena dibunuh oleh isterinya Syajarat Dur. Setelah meninggalnya al­-muiz, para pemuka di tempat itu mendudukkan anaknya yang bernama ai-Malik al-Manshur sebagai penggantinya. Pada saat itu orang-orang Tartar telah merajalela di dalam negeri, kejahatan mereka semakin ber­tambah hari demi hari api kezhaliman mereka pun semakin me­manas. Sedangkan khalifah dan orang-orang yang bersamanya sama sekali tidak menyadari apa yang mereka inginkan. Sementara men­terinya yang bernama al-' Alqami terus menerus mencari peluang un­tuk menjungkalkan dinasti Abbasiyah dan berusaha sekuat mungkin agar tampuk khilafah berpindah ke tangan orang-orang Alawiyin. Utusan rahasia berlangsung antara dirinya dan orang-orang Tartar. Sedangkan al-Musta'shim tenggelam dalam kelezatan hidupnya tanpa mampu membaca kondisi yang sedang berkembang. Sehingga dia pun tidak berusaha memperbaiki kehidupan negeri yang mulai carut marut.

Ayahnya, al-Mustanshir telah memperkuat khilafah dengan mempebanyak jumlah tentara, namun dia masih melakukan perjanjian damai dan kesepakatan-kesepakatan dengan orang-orang Tartar seka­dar menarik simpati mereka. Tatkala al-Musta'shim menjadi khalifah, menggantikan ayahnya dia sama sekali tidak memiliki ide dan sama sekali tidak memiliki kecakapan administrasi. Menterinya yang jahat tadi selalu memberi nasehat kepadanya agar jumlah tentara yang ada segera diperkecil. Dia juga menasehatinya agar selalu bersikap baik kepada orang Tartar, sebab dengan begitu semua yang dia inginkan akan tercapai dengan mudah. Khalifah pun menuruti apa yang dinase­hatkan menterinya terse but.

Setelah itu sang menteri menulis surat kepada orang-orang Tartar dan dia mendorong mereka untuk segera melakukan penyer­buan ke pusat kekuasaan Islam itu. Dia memudahkan semua jalan penyerbuan dan meminta untuk menjadi "wakil" mereka di sana. Akhirnya orang-orang Tartar itu menjanjikan kepadanya untuk segera datang menyerbu Baghdad.


KISAH SINGKAT TRAGEDI TARTAR


AI-Muwaffaq berkata mengenai orang-orang Tartar ini: Jika kita berbicara mengenai orang-orang Tartar, maka kita seakan-akan membicarakan satu masalah yang memakan masalah yang lain, mem­bicarakan satu khabar menyita habis kabar yang lain, membicarakan sejarah yang seakan menghapus sejarah yang lain, membicarakan satu bencana yang membuat bencana lain terasa kecil, satu kejahatan yang memenuhi seluruh penjuru dunia.

Bangsa Tartar memiliki bahasa yang banyak bercampur dengan bahasa India karena mereka secara geografis berbatasan dengan India. Perjalanan antara wilayah tempat mereka tinggal dengan Makkah adalah empat bulan. Jika kita bandingkan dengan orang-orang Turki maka wajah mereka jauh lebih lebar dadanya bidang, pinggulnya tipis, posturtubuhnya kecil dan warna kulitnya kuning. Gerakannya cepat serta pikirannya gesit. Mereka selalu mampu menangkap kabar tentang bangsa-bangsa lain, sedangkan kabar mereka tak sampai kepada umat lain. Sedikit sekali mata-mata yang mampu mengelabui mereka, sebab orang-orang asing tidak memiliki wajah yang serupa dengan mereka. Jika menginginkan satu wilayah, mereka akan selalu meraha­siakan keinginannya. Mereka akan bergerak secara tiba-tiba, sehingga penduduk sebuah negeri tidak mengetahui kedatangan mereka dan mereka pun masuk ke wilayahnya, sementara tidak ada tentara lain yang bisa menyusup ke dalam barisan mereka. Oleh sebab itulah se­mua tipu daya akan selalu menghadapi kegagalan tatkala berhadapan dengan mereka. Ketika orang lain berada dalam lingkaran mereka, dia akan sangat sulit untuk melarikan diri. Kaum wanitanya memiliki jiwa perang seperti kaum lelakinya. Senjata yang biasa mereka pakai adalah panah. Mereka memakan daging binatang apa saja yang mereka temukan. Dalam berperang mereka tidak pandang bulu dan tidak membiarkan seorang penduduk pun untuk hidup. Mereka akan mem­bunuh laki-Iaki, perempuan ataupun anak-anak. Maksud dan tujuan mereka bukan untuk menguasai harta dan berkuasa, namun hanya ingin menghancurkan dan memusnahkan ras lain selain ras mereka.

Yang lain berkata: Negara orang-orang Tartar itu berada di ujung negeri Cina. Mereka adalah penghuni gurun sahara. Terkenal dengan prilakunya yang jahat dan selalu ingkar janji.


Sebab kemunculan mereka adalah karena negeri Cina adalah negeri dengan wilayah yang sangat luas. Jika ada seseorang yang melakukan perjalanan mengelilingi negeri itu, maka waktu yang dibu­tuhkannya adalah sekitar enam bulan perjalanan. Cina dibagi menjadi enam kerajaan, dan keenamnya ada dibawah kekuasaan seorang raja yang agung, yaitu Khan Yang Agung. Dalam masyarakat Cina, dia sama dengan khalifah di kalangan kaum muslimin.

Sedangkan sultan Dusy Khan salah seorang sultan dari enam kerajaan itu telah kawin dengan bibi Jenghis Khan. Suatu waktu dia datang berziarah untuk menemui bibinya yang saat itu telah ditinggal mati suaminya. Saat datang dia ditemani oleh Kasylu Khan. Bibinya memberi tahu kepada Jengis Khan, bahwa suarninya tidak meninggal­kan anak seorang pun. Dia memberikan isyarat agar anak saudaranya diangkat sebagai pengganti suarninya. Maka naiklah anak saudaranya itu sebagai sultan. Naiknya dia sebagai sultan membuat banyak orang Mongolia berbondong-bondong datang mengitarinya.

Peristiwa ini sampai ke telinga Khan yang Agung yang langsung terbakar rasa cemburunya. Dia segera memerintahkan agar semua buntut kuda yang pernah dihadiahkan kepadanya agar dipotong dan dibuang jauh-jauh. Dia bunuh kedua utusan tadi. Sebab dalarn sejarah Cina orang-orang Tartar sarna sekali belum pernah duduk di panggung kekuasaan. Orang-orang Tartar tak lebih dari orang-orang pedalaman Cina.

Tatkala Jenghis Khan dan sahabatnya Kasylu Khan mendengar apa yang dilakukan oleh Khan yang Agung, keduanya segera ber­gabung untuk melakukan perlawanan dan mereka menampakkan sikap menentang kepada Khan yang Agung. Setelah orang-orang Tartar mendengar apa yang dilakukan dua sahabat itu, orang-orang Tartar datang berbondong-bondong bergabung dengan mereka. Karena Khan yang Agung tahu kekuatan dan kejahatan mereka, maka dia segera mengirim utusan untuk meredakan kemarahan mereka. Di samping itu, dia juga memberi peringatan dan ancaman. Namun semua peringatan dan ancaman itu tidak mereka indahkan. Maka terjadilah satu peperangan yang sangat sengit antara dua pasukan di atas. Akhirnya Khan yang Agung dikalahkan, dan orang-orang Tartar pun mampu menguasai wilayah yang sebelumnya menjadi kekuasaan khan yang agung. Keja­hatan mereka pun berlanjut dan semakin meningkat. Kekuasaan saat itu berada di tangan Jenghis Khan dan Kasylu Khan.

Setelah itu mereka berangkat ke negeri Syaqun, salah satu ke­rajaan di wilayah Cina. Raja Syaqun menyerah dan keduanya mampu menguasai negeri itu. Setelah itu Kasylu Khan meninggal dunia. Se­bagai penggantinya diangkatalah anaknya yang kemudian dihancur­kan oleh Jenghis Khan. Sejak itulah Jenghis Khan berkuasa penuh dan Tartar berada di bawah kekuasaannya. Mereka tunduk patuh kepadanya. Bahkan orang-orang Tartar menganggap bahwa Jenghis Khan adalah titisan Tuhan. Maka mereka sangat taat terhadapnya.

Mereka untuk pertama kalinya keluar menuju Turki dan Farghanah dari negeri Cina pada tahun 606 H. Saat itu Khawarizm Syah Muhammad bin Taksy penguasa Khurasan berencana untuk menyerang Baghdad dan tak kesampaian karena dia dihadang hujan salju di tengahjalan dan dia kembali ke negerinya setelah mendengar kabar bahwa orang­orang Turki telah bersiap-siap untuk menyerang wilayahnya. Maka saat itu dia memerintahkan kepada penduduk farghanah, Syasy dan Kasan, negeri-negeri yang indah dan penuh pepohonan, untuk segera mengungsi ke Samarkand dan negeri-negeri lain. Kemudian dia me­merintahkan agar negeri-negeri itu dibakar karena khawatir dikuasai oleh orang-orang Tartar karena mereka sadar bahwa mereka tidak akan mampu menghadapi orang-orang Tartar.


Orang-orang Tartar itu terus melanjutkan petualangan dan penaklukan serta terus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain hingga tahun 615 H. Pada tahun itu Jengkhis Khan mengirimkan sejumlah utusan dan hadiah kepada Sultan Khawarizm Syah. Utusan itu berkata kepada Khawarizm Syah, "Sesungguhnya Khan Yang Agung (maksudnya Jenghis Khan) menyampaikan salam untuk tuan. Dia berkata pada tuan: Tak ada yang tidak saya ketahui tentang kebesaran dan kekuasaan tuan juga pengaruh tuan di wilayah-wilayah yang tuan kuasai saat ini. Saya inginkan tuan menyatakan berdamai dengan kami dengan beberapa kewajiban yang harus kami tunaikan. Sebab tuan dalam pandangan kami adalah anak yang paling kami cintainya. Dan tuan pasti tahu bahwa kami menguasai seluruh negeri Cina, sedang­kan tuan adalah orang yang paling tahu tentang negeri kami. Iia adalah negeri yang memiliki banyak tentara dengan kuda-kuda yang berlari kencang, negeri yang memiliki tambang-tambang emas dan perak yang mampu mencukupi negerinya andaikata tidak ada kekayaan yang lain. Maka jika tuan mau menjalin hubungan cinta kasih dengan kami maka perintahkanlah para pedagang dari negeri tuan supaya tuan mengetahui apa yang ada di negeri kami."

Khawarizm Syah memenuhi permintaan Jenghis Khan dan dia memberi kabar gembira kepada Jenghis Khan atas apa yang akan dia lakukan. Kemudian terjadi kesepakatan antara keduanya hingga akhimya para pedagang Khurasan datang ke negeri itu.

Paman Khawarizm Syam menjadi wakil Khawarizm Syah untuk wilayah Asia Tengah. Dia memiliki tentara berkuda sebanyak dua puluh ribu tentara. Nafsu tamakhya mendorongnya untuk menguasai harta yang dibawa oleh para pedagang Tartar itu. Dia menulis surat kepada sultan yang berbunyi: Sesungguhnya orang-orang itu datang dengan memakai pakaian pedagang, namun tujuan mereka tak lain adalah untuk memata-matai negeri ini. Maka jika kau izinkan, akan aku hadang mereka.

Khawarizm tanpa pikir panjang menerima apa yang diusulkan pamannya itu untuk menghadang dan menangkap mereka. Maka di­tangkaplah para pedagang Tartar itu, sedang harta mereka dirampas.

Maka datanglah utusan Jengis Khan dengan membawa pesan dari Jenghis Khan: Sesungguhnya kamu telah memberikan jaminan keamanan kepada para pedagang kami yang datang ke negerimu, namun kamu mengingkari janji jaminan itu. Padahal kamu tahu bahwa ingkar janji itu adalah tindakan yang buruk dan lebih buruk lagi jika itu dilakukan oleh seorang sultan yang beragama Islam. Jika kau menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh pamanmu adalah di luar perintahmu, maka serahkanlah dia kepada kami. Jika tidak, maka kamu akan menyaksikan apa yang biasa kami lakukan.

Khawarizm sangat ketakutan mendengar ancaman dari Jenghis Khan itu. Akal sehatnya menjadi tertutup dan membeku sehingga dia dengan gegabah memerintahkan agar utusan Jenghis Khan yang datang kepadanya segera dibunuh. Maka dibunuhlah mereka.

Inilah tindakan yang membuat darah kaum muslimin mengalir deras ke bumi akibat tindakan bodoh seorang sultan.

Kemudian Jenghis Khan berangkat untuk menemui Khawarizm Syah. Khawarizm yang ketakutan segera pergi meninggalkan negerinya melewati Jayhun ke Naisabur. Kemudian dia melanjutkan pelarian ke Marj Hamadzan karena takut dikejar oleh tentara Tartar. Musuh yang cerdik segera melakukan muslihat dengan membunuh orang-orang yang lari bersamanya dan membiarkan dia selamat. Maka dia mence­burkan diri ke dalam air dan berenang menuju Jazirah. hingga akhir­nya dia mati karena penyakit yang menyerang lambungnya. Dia mati dalam kesendirian dan dikafani dengan tikar yang dia bawa dalam pelarian terse but. lni terjadi pada tahun 61 7 H. Akhimya orang-orang Tartar itu berhasil menguasai semua wilayah kekuasaannya.

Cucu Ibnu al-Jauzi berkata: Kemunculan orang-orang Tartar di Asia Tengah bermula pada tahun 615 H, Mereka mencaplok Bukhara, lalu Samarkand dan membunuh penduduk kedua kota terse but. Mereka mengepung Khawarizm Syah baru setelah itu, mereka menyeberangi sungai. Khawarizm sendiri telah menyingkirkan para raja dari kota­kota Khurasan, maka orang-orang Tartar tidak mendapatkan seorang pun tatkala mereka menyerbu ke kota itu. Dalam penaklukan itu mereka membunuh dan menawan banyak orang. Mereka terus merangsek hingga akhirnya sampai ke Hamadzan dan Qazwin di tahun inijuga.

Ibnu al-Atsir berkata'dalam kitabnya a/-Kami/ fl at- Tarikh, peristiwa Tartar adalah tragedi besar dalam sejarah kaum muslimin, dia adalah musibah paling tragis dimana belum pernah terjadi satu peristiwa yang demikian ini sebelumnya. Satu peristiwa tragis yang menyebar ke se­luruh manusia, khususnya kaum muslimin. Andaikata ada orang yang berkata: Sesungguhnya dunia ini sejak diciptakan belum pernah mengalami musibah seperti ini, maka apa yang dia katakan itu adalah benar adanya. Sebab sejarah belum tentu melahirkan apa yang mereka lakukan.

Kejadian tragis terbesar yang sering kali disebut-sebut oleh se­jarawan adalah apa yang dilakukan oleh Bukhtunashr (Nebukadnezhar) saat dia meluluhlantakkan Baitul Maqdis. Namun jika kita bandingkan dengan apa yang dilakukan oleh tentara Tartar dengan melakukan penghancuran.di kota-kota kaum muslimin, maka apa yang dilakukan oleh Bukhtunashar itu tidaklah ada apa-apanya. Dan betapa besar jumlah kaum muslim in yang mereka bunuh.

Peristiwa yang kejahatannya demikian mencekik dan mudharat­nya sangat ganas serta meniupkan angin bencana di berbagai negeri. Peristiwa ini terjadi saat orang-orang yang berasal dari ujung negeri Cina keluar dan segera menuju negeri Turkistan seperti Kasyghar dan Bila Saghun. Lalu mereka bergerak menuju Bukhara dan Samarkand yang berhasil mereka kuasai dan mereka babat habis penduduknya. Kemudian sebagian dari mereka berangkat menuju Khurasan dan melakukan pengrusakan, pembunuhan dan pembantaian. Lalu mereka menuju Ray, Hamadzan dan perbatasan Irak. Setelah itu mereka beranjak menuju Adzerbaijan dan wilayah-wilayah sekitamya. Di tempat inijuga mereka melakukan pengrusakan-pengrusakan dengan sangat biadad hanya dalam jangka waktu satu tahun. Mereka telah melakukan satu hal yang belum pernah dilakukan oleh siapa pun sebelumnya. Setelah Adzerbaijan, mereka merangsek ke Darband Syarwan dan berhasil menguasai seluruh kota tersebut. Lalu mereka menuju Lan dan Lakz. Dalam penyerbuan itu mereka membunuh dan menawan penduduk setempat. Mereka melanjutkan penyerbuan ke Qafjaq. Orang-orang Tartar itu jauh lebih banyak jumlahnya dari orang-orang Turki dan mereka membunuh siapa saja yang mencoba melawan. Sedangkan yang lain melarikan diri. Akhirnya orang-orang Tartar itu berhasil menguasai wilayah itu.

Sedangkan kelompok yang lain selain yang telah disebutkan tadi bergerak menuju Ghaznah dan wilayah-wilayah di sekitarnya, kemu­dian mereka menyerbu Sqjistan dan Karman. Mereka melakukan seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang Tartar yang lain. Atau bahkan lebih jahat.

Kejadian ini merupakan peristiwa yang tidak pernah terdengar sebelumnya. Bahkan Iskandar Agung pun yang pernah menguasai dunia tidak melakukan penaklukan dalam jangka yang sangat singkat ini. Dia mampu menguasai dunia setelah berhasil menaklukkan wilayah-wialyah dunia selama dua puluh tahun. Namun dia tidak mem­bunuh seorang pun. Orang-orang yang dia datangi rela berada di bawah kekuasaanya. Namun orang-orang Tartar ini mampu mengua­sai sebagian besar wilayah dunia dan bagian yang paling indah dan kaya hanya dalam jangka waktu setahun. Dan tidak ada satu negeri pun yang mereka datangi kecuali penduduknya semua menggigil ketakutan atas tindakan-tindakan biadab mereka.

Mereka tidak perlu menyiapkan persediaan makanan dari bahan mentah sebab mereka selalu membawa kambing dan sapi serta kuda yang mereka makan dagingnya. Mereka tidak makan kecuali daging binatang.

Sedangkan kuda-kuda mereka bisa menggali tanah dengan kuku-kukunya, kuda-kuda itu makan pelepah-pelepah pohon dan tidak pernah mau makan gandum.

Mereka bersujud pada matahari saat terbit dan tidak meng­haramkan apa pun. Mereka makan semua binatang yang melata ter­masuk juga manusia. Mereka tidak kenal istilah nikah. Wanita-wanitalah yang mendatangi kaum lelaki dalam jumlah yang tak terhitung.

Pada tahun 656 H orang-orang Tartar itu sampai ke Baghdad yang dipimpin oleh Hulagu. Kedatangan mereka disambut oleh tentara khalifah, namun tentara khalifah kalah dalam pertempuran tersebut.

Mereka memasuki kota Baghdad pada tanggal 10 Muharram. Sang menteri -la'natullahi 'aiaihi- menasehati khalifah agar dia datang menemui orang-orang Tartar untuk mengadakan kesepakatan damai. Dia berkata, "Temuilah mereka saya akan mengatur semua perdamaian ini”

Khalifah sama sekali tidak menaruh curiga dengan apa yang dilakukan oleh sang menteri. Kemudian dia kembali mendatangi khalifah dan berkata, "Sesungguhnya Raja Tartar itu ingin mengawinkan anak perempuannya dengan anakmu, Abu Bakar dan dia akan tetap men­dudukkanmu di kursi khilafah sebagaimana dia membiarkan orang­ orang tetap berkuasa dan menjadi sultan. Tak ada yang dia inginkan kecuali ketaatan sebagaimana ketaatan para pendahulumu terhadap orang-orang Saljuk. Jika itu kau penuhi maka dia akan segera pergi meninggalkanmu dengan tentaranya. Maka terimalah permintaan ini wahai Amirul Mukminin karena ini akan mencegah tertumpahnya darah kaum muslimin. Dan setelah itu sangat mungkin bagimu untuk melakukan apa sqja yang kamu mau. Dalam pandangan saya hendaknya kamu menemuinya bersama-sama dengan pembesar dan pejabat penting. "

Setelah itu menteri jahat tadi masuk dan menemui para fukaha' dan orang-orang penting di sekitar khalifah untuk menghadiri akad pernikahan yang diajanjikan. Maka Keluarlah mereka dari Baghdad. Namun setelah berada di luar Baghdad, mereka dibunuh. Demikian seterusnya setiap ada kelompok orang yang keluar, maka mereka akan menemui kematian. Peristiwa ini telah menelan sekian banyak korban dari kalangan ulama dan fukaha' dan orang-orang penting di sekitar khalifah.

Kemudian dibangunlah jembatan dan pedang-pedang dihunus di Baghdad. Perang berkecamuk selama empat puluh hari. Korban yang jatuh dalam peperangan itu lebih dari sejuta penduduk. Tidak ada yang selamat dalam pembantaian yang sadis kecuali orang-orang yang bersembunyi di dalam sumur ataupun di kolong jembatan. Khalifah pun dibunuh dengan cara yang mengenaskan.


Adz-Dzahabi berkata: Saya kira dia (khalifah) tidak sempat dike­bumikan. Selain khalifah juga dibunuh anak-anak dan paman-paman­nya, dan sebagian dari mereka ditawan. Ini merupakan bencana yang belum pernah dialami kaum muslimin. Sedangkan kemauan sang men­teri jahat itu tidak kesampaian. Dia harus menerima kehinaan di bawah orang-orang Tartar. Dia tidak menikmati hari-harinya dengan panjang. Pada penyair pun mengabadikan peristiwa sejarah yang sangat tragis di Baghdad ini dalam syair-syair yang menyentuh hati. Sebagai contoh adalah apa yang dikatakan oleh cucu at-Ta'awidzi.

"Kini hancurlah sudah Baghdad dan penghuninya

Rumah-ruma hancur di saat menteri jahat

Masih bertahta dengan musuhnya"

Khutbah terakhir yang dikumandangkan di Baghdad pada saat gejolak perang sedang berlangsung adalah: Segala puji bagi Allah yang menghancurkan umur-umur dengan kematian, dan memutuskan ke­fanaan pada penghuni negeri ini.

Setelah Hulagu selesai membunuh khalifah dan penduduk Baghdad serta menempatkan orang-orangnya di Irak, Ibnu aI-' Alqami meminta kepadanya agar dia menjadikan orang-orang dari kalangan Alawiyin sebagai khalifah. Namun Hulagu menolak permintaan ini dan mengabaikannya. Akibatnya dia menjadi laksana pelayan orang-orang Tartar. Akhirnya dia mati dalam keadaan yang sangat menyedihkan semoga Allah tidak mengampuni kesalahannya.

Selanjutnya Hulagu mengirimkan utusan dengan membawa surat kepada an-Nashir penguasa Damaskus. Bunyi suratnya adalah sebagai berikut: Sultan aI-Malik an-Nashir -semoga engkau berumur panjang-, engkau telah tahu bahwa tatkala kami datang ke Irak dan para penduduknya menghadang kami, kami bunuh mereka dengan pedang tuhan. Setelah itu para pemukanya datang menemui kami, kata-kata mereka yang sangat lancang merupakan penyebab utama hilangnya nyawa mereka. Sedangkan para bawahan mereka datang kepada kami dan mereka berada di bawah kekuasaan kami, mereka mengabdi kepada kami dan menjadi hamba kami. Namun saat kami tanyakan kepada mereka satu hal ternyata mereka membohongi kami, maka kami anggap kebohongan mereka berhak untuk menda­patkan hukuman pancung. Sebab kebohongannya demikian tampak, maka mereka pun mendapatkan akibat dari apa yang mereka lakukan itu. Saya harap kamu patuhi saja permintaan raja yang sangat sederhana. Dan janganlah kamu berkata: Benteng-bentengku sangat kuat dan tentara-tentaraku adalah para pejuang yang gagah. Telah sampai kabar kepadaku bahwa beberapa tentara pilihan telah datang dan meminta perlindungan kepadamu. Maka aku katakan,

"Kemana kalian akan melarikan diri

Tak ada tempat tuk ber lari

sebab darat dan laut semuanya ada di telapak kaki kami"

Maka sikapmu yang menentangwalaupun hanya sesaat pada surat permintaan kami akan membuat benteng-benteng Syam rata ke tanah. Wassalam.

Dia mengirimkan lagi surat yang kedua yang berbunyi: Yang ter­hormat Malik Nashir -semoga anda dikaruniai umur yang panjang-. Amma Ba'du.

Sesungguhnya kami telah menaklukkan Baghdad dan kami telah mencabut kerajaan dan rajanya. Rajanya hanya menumpuk harta dan tidak menyiapkan tentara. Sebab dia mengira akan abadi dengan harta-harta. Memang namanya sempat melambung, dan kekuasaanya sempat kokoh. Namun akhirnya rembulan kekuasaannya menjadi gerhana. Benarlah apa yang dikatakan oleh para penyair,


”Jika sesuatu telah sempurna maka tampaklah kekurangan­nya

Bayangkanlah kehancuran saat dikatakan ada kesempurnaan"


Kami kini terus menginginkan tambahan dalam rentang waktu yang masih panjang. Maka janganlah menjadi laksana orang yang melupakan Allah sehingga Allah melupakan mereka. Tampakkanlah apa yang bergejolak dalam dirimu baik rujuk dengan cara yang baik atau bercerai dengan cara yang baik pula. Jawablah perrnintaan raja yang sederhana, niscaya kau akan selamat dari keganasannya, dan akan kau terima kebaikannya. Berangkatlah engkau bersama para pembesar bawahanmu danjanganlah sekali-kali kamu menyakiti utusan-­utusan kami. Wassalam.

Setelah itu dia mengirimkan surat ketiga yang berbunyi: "Amma Ba'du. Kami adalah tentara Tuhan yang membalas dendam pada siapa saja yang bersikap angkuh congkak dan sombong. Kami akan selalu menyerang jika kami disepelekan dan jika kami diusir, maka kami akan terus menggempur. Kami telah menghancurkan negeri-negeri, dan kami telah bunuh man usia. Kami telah bunuh wanita dan anak­anak. Maka wahai sisa-sisa manusia, jika kalian menyangkal, maka kalian akan menyusul. Wahai orang-orangyang lalai, ke tempat kema­tian kalian akan digiring. Kami adalah tentara penghancur dan bukan tentara yang akan menguasai sebuah negeri. Tujuan kami adalah balas dendam, sedangkan kekuasaan kami tidak ada yang menandingi dan tempat kami tak akan ada yang berani menyentuh. Keadilan kami telah terasa di kerajaan kami. Lalu kemana kalian akan lari dari kilatan pedang kami?

Kemana kalian akan melarikan diri

Tak ada tempat tuk lari sebab darat dan laut semuanya ada di telapak kaki kami Singa-singa bertekuk lutut di hadapan kekuatan dan kekua­saan kami

sedangkan raja-raja dan khalifah kini merunduk rendah di kaki kami

Kini kami akan berangkat menuju kalian tak ada pilihan bagi kalian kecuali melarikan diri sedangkan kami akan senantiasa menuntut kalian,

Laila akan tahu hutang apa yang harus dia lakukan

dan dia mesti tahu bagaimana cara membayar hutang itu

Kami telah hancurkan negeri-negeri dan kami yatimkan anak­-anak bangsa, kami bantai manusia dan kami timpakan siksa kepada mereka. Kami jadikan orang yang terhormat di antara mereka menjadi hina, dan kami jadikan penguasanya sebagai tawanan. Apakah kalian masih mengira bahwa kalian bisa selamat dari tangan-tangan kami. Se­bentar lagi kalian akan tahu akibat tingkah kalian!"

Kemudian masuklah tahun 658 fi, Kala itu dunia Islam tidak memiliki seorang khalifah.

Pada tahun ini Tartar datang ke Amad, sedangkan penguasa Mesir yang bernama al-Manshur bin Ali al-Mu'iz masih kanak-kanak dan menterinya yang bemama Saifuddin Quthuz al-Mu'izzi adalah bekas budak ayahnya. Melihat kondisi ini, Kamaluddin Ibnu al-A'Adim segera meminta bantuan penguasa Mesir untuk membantu menyelamatkan penduduk dari ancaman orang-orang Tartar.

Sesuai dengan permintaan ini Quthuz segera mengumpulkan para pembesar negeri dan pejabat penting. Pada pertemuan penting ini hadir Syaikh 'Izzuddin bin Abdus Salam seorang ulama kharismatik yang kata-katanya selalu menjadi rujukan masyarakat dan penguasa.


Syaikh 'Izzuddin berkata : 'Jika musuh datang menyerbu negeri ini, maka wajib bagi semua kaum muslimin di dunia untuk memerangi mereka. Dan harta kekayaan penduduk boleh diambil untuk mem­biayai perang melawan musuh dengan syarat jika di Baitul Mal sudah tidak tersisa lagi harta. Dan hendaknya kalian menjual semua barang dan alat-alat yang ada pada kalian. Hendaknya kalian mencukupkan diri dengan kuda dan senjata kalian, sehingga tidak ada perbedaan lagi antara kalian dan rakyat secara umum. Adapun pengambilan harta rakyat, sementara di tangan para ten tara masih terdapat kekayaan yang melimpah, maka hal itu tidak boleh dilakukan."

Setelah beberapa hari Quthz menangkap anak tuannya, al-­Manshur. Dia berkata, "Suasana sangat genting. Harus ada seorang yang memiliki sikap kesatria dan berani untuk memimpin negeri ini dan melancarkan jihad terhadap musuh." Akhimya Quthuz menjadi sultan dan dia bergelar al-Malik al-Muzhaffar.

Tahun 658 H berlalu, sementara dunia Islam masih belum me­miliki seorang khalifah.Di tahun ini orang-orang Tartar menyeberangi sungai Furat dan mereka sampai di Halb. Di tempat itu mereka menghunus pedang dan melanjutkan perjalanan ke Damaskus. Orang-orang Mesir yang telah siap tempur keluar menuju Damaskus menyongsong tentara Tartar dengan semangat jihad yang membara. al-Muzhaffar dan panglimanya Ruknuddin Baybars al-Bandaqadari memimpin pasukan Islam untuk menyambut serangan orang Tartar itu. Mereka bertemu di 'Ayn Jalut. Kedua pasukan itu terlibat pertempuran sengit pada hari Juma' at tang­gal 15 Ramadhan. Tentara Tartar kalah telak dalam pertempuran yang sangat bersar di dalam catatan sejarah kaum muslimin. Segala puji bagi Allah. Orang-orang Tartar terbunuh dalam jumlah yang besar dan mereka lari tunggang langgang. Kaum muslimin yang menang perang itu segera mengejar mereka. AI-Muzhaffar segera mengirim kabar ke Damaskus tentang kemenangan yang mereka peroleh dengan gemilang dalam pertempuran tersebut. Penduduk Damaskus pun menyambut gembira kemenangan yang tidak mereka bayangkan se­belumnya itu. Setelah itu al-Muzhaffar memasuki Damaskus sebagai seorang pemenang dan mendapat dukungan yang demikian besar dari rakyat. Penduduk Damaskus mencintainya dengan kecintaan yang sangat memuncak. Sedangkan Baybars terus mengejar orang-orang Tartar itu hingga ke Halb dan mengusir mereka dari negerinya.

Sultan sendiri menjanjikan kepadanya untuk menjadikan Halb sebagai wilayah kekuasaannya. Namun setelah itu dia menarik janji dan keputusannya itu. Keputusan ini sangat menyakitkan Baybars. Sejak itulah muncul satu konflik kepentingan antara sultan dan Bay­bars. AI-Muzhaffar saat itu ingin melakukan kunjungan ke Halb dengan tujuan menghapus semua jejak kerusakan yang dilakukan oleh orang­orang Tartar. Namun sebelum dia datang ke tempat itu, sampai berita kepadanya bahwa Baybars tidak menyetujui rencananya. Bahkan dia berusaha untuk melakukan pembelotan. Maka dia tidak melanjutkan rencananya dan segera kembali ke Mesir. Namun dia memendam rencanajahat yang akan segera diajatuhkan kepada Baybars. Dia sam­paikan keinginannya itu kepada salah seorang yang dianggap sebagai orang kepercayaannya, namun keinginanjahat itu pun diketahui oleh Baybars. Akhimya Baybars beserta orang-orangnya menuju ke Mesir. Di Mesir kedua orang yang terlibat konflik kepentingan itu sarna-sarna mencarijalan bagaimana dia bisa selamat dari yang lain.

Akhirnya Baybars sepakat dengan beberapa pejabat dan tokoh untuk membunuh al-Muzhaffar. Mereka akhirnya berhasil membunuh al-Muzhaffar di tengahjalan. Peristiwa pembunuhan ini terjadi pada tanggal tiga belas Dzulqa'dah. Baybars pun menobatkan diri sebagai sultan dan menggelari dirinya dengan al-Qahir. Tatkala dia memasuki Mesir dia menghapuskan semua prilaku al-muzhaffar yang tidak baik.

Pada saat itu menterinya yang bernama Zainul Millah wa ad-Din menyarankan agar dia mengganti gelarnya. Dia berkata, "Tak seorang pun yang menggelari dirinya dengan gelar itu hidup dalam keadaan selamat. Misalnya al-Qahir bin al-Mu'thad dia diturunkan dan matanya dicungkil. Anak penguasa Mushiljuga bergelar al-Qahir dan tak lama setelah itu dia mati diracun!"

Mendengar nasehat ini sultan membatalkan gelarnya dan meng­gantinya dengan gelar baru, yakni Malik azh-Zhahir.

Tahun 659 H, tiba namun di masa itu belumjuga ada khalifah di dunia Islam. Akhirnya didirikanlah khalifah di Mesir dan al-Mustan­shir diangkat sebagai khalifah pertama, sebagaimana yang akan kami terangkan kemudian. Dengan demikian umat Islam kehilangan khilafah selama tiga tahun setengah.

Tokoh-tokoh yang Meninggal di Masa Pemerintahan al-Musta’shim


Diantaranya: AI-Hafizh Taqiyuddin ash-ShayrafinL al-Hafizh Abu al-Qasim ath-Thailasan, Syamsu al-Aimmah al-Kardari salah seorang ulama besar dari kalangan madzhab Hanafi, Syaikh Taqiyuddin Ibnu ash-Shalah, as-Sakhawi, al-Hafizh Muhibbuddin an-Najjar seorang penulis sejarah tentang Baghdad, Muntajabuddin pensyarah kitab al­Mufashshal, Ibnu Ya'isy seorang pakar Nahwu, Abu al-Hajjaj al-Aqshari sang zahid, Abu Ali asy-Syalawbin seorang pakar Nahwu, Ibnu aI-Baithar pengarang kitab al-Mufradaat, al-' Allamah Jamaluddin bin al-Hajib seorang ulama terkemuka dari kangan madzhab Maliki, Abu al-Hasan ad-Dabbaj pakar Nahwu, al-Qifthi pengarang kitab Tarikh an-Nuhaat (sejarah para ulama Nahwu) , Afdhaluddin al-Khunji seorang yang sangat ahli dalam masalah logika, al-Azaji, al-Hafizh Yusuf bin Khalil, al-Baha' bin al-Jummaizi, ai-Jamal bin' Amrun pakar Nahwu, ar-Radhi ash­Shaghani seorang ahli bahasa pengarang kitab al-'Ubab dan kitab lain­nya, ai-Kamal Abdu Wahid az-Zamlakani pengarang kitab al-Ma'ani wa al-Bayaan dan l'jaz al-Quran, Syams al-Khusrawasyahi, al-Mujid Ibnu Taimiyyah, Yus~ salah seorang cucu Ibnu al-Jauzi pengarang kitab Mir'atu az-Zamaan, Ibnu Bathiys salah seorang tokoh madzhab Syafi'i, an-Najm al-Badzarai, Ibnu Abu al-Fadhl al-Mursi seorang penulis kitab tafsirdan masih banyak lagi.

Sedangkan tokoh-tokoh yang meninggal pada masa kekosongan khalifah adalah: az-Zaki Abdul Azhim al-Mundziri, Syaikh Abu ai-Hasan asy-Syadzili pendiri Tariqat asy-Syadziliyah, Syu'lah sang qari', al-Fasi pensyarah kitab asy-Syathibiyah, Sa'duddin bin al-'Uzza sang penyair, ash-Sharsari sang penyair, Ibnu al-Abbar penulis sejarah tentang Andalusia dan lain-lain.

Demikianlah Sejarah Klalifah Almu'tashim Billah, sosok Khalifah Islam yang sangat luar biasa, dan patut untuk kita contoh dan jadikan sebagai tauladan

Teriamakasih atas kesudiannyanya berkunjung ke "blogwalking" ini, semoga sobat blogger Muslim mania tidak kapok untuk datang dan mampir di blog ini. karen apa?

"Bersilaturahmi itu dapat memanjangkan umur, dan memurahkan rizki"

Jika sobat semua memiliki pertanyaan, silahkan tinggalkan pesan di kotak komentar atau pada buku tamu yang sudah tersedia di blog ini ya, ^_^

JazakAllah Khairan Katsiran
Wassalamualaikum
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Putra DCD | PGMI STAIN | Mediaalishlah | Premium Template | Metro | 2013
Copyright © 2013. blogwalking - Be The Best - Do The Best
Template Modify by Creating Website Inspiration Informstion
Proudly Present Andi Septiawan